Pictures Copyright by pinterest©
Bicara tentang
perempuan pastilah tak luput dari pakaian yang melekat pada tubuhnya. Perempuan
adalah sosok manusia yang selalu mementingkan penampilannya dibalik apapun
juga. Tak heran ditemukan ada banyak macam pakaian yang makin digilai pada masa
sekarang.
Dunia seakan semakin tersihir dengan objek yang bernama perempuan.
Mulai dari segi internal berupa
sikap, maupun sifat seorang perempuan, hingga eksternal sekalipun yang pakaian yang dikenakan oleh perempuan.
Bicara tentang perempuan, tentu tak lengkap apabila kita tak membahas tentang
seorang laki-laki karena sudah pasti kedua makhluk ini tak bisa dipisahkan. Seperti
judul diatas perempuan, pakaian dan juga pikiran.
Pikiran milik siapa? Pikiran
milik perempuankah atau pikiran milik laki-laki? Ada yang bisa menjawab?
Andai
kata jawaban kalian laki-laki, selamat kalian sependapat dengan saya.
Perempuan, Pakaian, hingga pikiran (laki-laki) menjadi sebuah kesatuan paket
yang sebenarnya sangatlah irrelevant.
Mengapa?
Kalo kita mendefinisikan atau menginterpretasikan sebuah pakaian
sungguh bukanlah sebuah makna yang membawa kita tersurut kearah negative. Namun, pada kenyataannya
justru masih banyak yang selalu menyalahkan gaya pakaian yang dikenakan oleh
seorang perempuan.
Hingga saya berpikir, apa salahnya dengan sebuah pakaian
yang dikenakan, sepertinya pikiran laki-laki yang salah. Upss!
Ada beberapa jenis pakaian yang mungkin bisa
dikelompokkan secara garis besar, ada yang “tertutup” bisa jadi menutupi dari ujung
kepala hingga ke kaki atau hanya salah satu bagian saja, namun ada juga yang “terbuka”
hanya menutupi bagian tertentu saja alias minim.
Sebenarnya kalo dirunut kembali, pakaian itu apasih? Kalo menurut saya sendiri
pakaian itu merupakan suatu bentuk
kenyamanan seseorang untuk mengekspresikan diri, menjadi seperti yang mereka
mau, bukan menjadi seperti yang orang lain inginkan.
Intinya seseorang memiliki
gaya berpakaian yang berbeda dan tidak bisa kita setarakan menjadi apa yang
kita inginkan. Ketika kita berbicara
tentang pakaian “tertutup” tentulah kita langsung mengartikan bahwa perepuan
tersebut cerdas karena tau dimana dia
harus menempatkan diri, wanita yang berkualitas, menjunjung tinggi nilai
kesopanan dan pastinya ingin melindungi dirinya sendiri.
Tapi, apakah benar
wanita yang berpakaian “tertutup” dapat melindungi dirinya sendiri, bagaimana
dengan pakaian “terbuka” apakah mereka tidak bisa melindungi diri mereka, atau
mereka bukan jenis wanita berkualitas atau yang ini atau yang itu, banyak sekali
atau-atau yang lain lagi serba kemungkinan.
Tunggu, kalo iya kalian
berpikiran seperti itu ada baiknya kalian melihat tindak criminal mengenai
pelecehan seksual dan carilah fakta sebanyak mungkin.
Secara
teori tentu saja yang “tertutup” akan merasa lebih terlindung, lebih berkelas, lebih
sopan, lebih santun tapi ingat itu secara teori loh yah. Lantas bagaimana kalo didunia nyata, ternyata sama saja
mau “tertutup” mau “terbuka” tetap saja yang namanya pikiran laki-laki tidak jauh-jauh dari pandangan sexis. Ups!
Miris memang, ketika
seseorang yang berpakaian “tertutup” alias rapat masih saja ada yang berpikiran
negative, masih senantiasa menjadi
korban pelecehan seksual. Lantas, apabila yang “tertutup” saja kerap menerima
pelecehan seksual bagaimana dengan yang berpakaian minim.
Entahlah, apa yang ada didalam pikiran orang-orang tersebut,
apakah memang benar adanya bahwa laki-laki hanya dikuasai pikiran-pikiran kotor apabila melihat perempuan
mengunakan pakaian. Walaupun saya berani menjamin hal itu tidak semua laki-laki
loh!. Laki-laki apa sih mereka ini,
kok masih hidup spesies seperti
mereka ini. Kenapa hanya ada pikiran kotor yang berada didalam otaknya.
Menggoda dengan tingkah seolah-olah wanita adalah hal rendah, sehingga bersifat
angkuh berlaku sejadi-jadinya.
Makanya kalo pake
baju yang sopan gak liat tu mata lelaki jelalatan kayak lalat. Saya
seringkali mendengarkan kata ini, sebenarnya saya masih heran dengan
orang-orang yang masih berpikiran kolot. Kenapa masih hidup diera sekarang kalo
memang pikiran tidak bisa positive bahkan
selalu berpikiran negative. Lebih
baik kamu enyah dari dunia!
Astaga saya lupa bahwa kaum patriarki masih belum musnah dari dunia yang mulai rusuh ini.
Barusan adalah bentuk sarkastik dari saya yang benar-benar jengkel dengan
pikiran para kaum yang konon katanya berpendidikan namun pikirannya gak
jauh-jauh dari sexis. Pikiran hanya
sebatas nafsu terhadap organ tubuh perempuan dan hingga saat ini belum berpikiran
untuk mengubah diri. Seharusnya yang diubah itu adalah pemikiran mereka yang terlalu
kolot bukan gaya berpakaian perempuan yang disalahkan.
Bukannya secara fundamental tak ada yang mengatur kita
harus berpakaian seperti ini atau seperti itu. Lantas kenapa masih saja terjadi
perseteruan antara perempuan, pakaian dan pikiran ini. Jengah! Tentu saja siapa
yang tidak jengah kalo berdebat masalah ini.
Perempuan selalu saja dijadikan objek pelampiasan, baik
secara verbal maupun non verbal. Bicara
tentang pakaian tak pernah ada habisnya, bak debat kusir selalu saja perempuan
yang disalahkan. Dimana-mana banyak kejahatan yang menyangkut kepada pelecehan
seksual dan lihat siapa yang disalahkan Perempuan,
lagi dan lagi mendengar kata “Wajar aja
pakaiannya tidak senono”. Bahkan yang lebih mencengangkan justru ada
peraturan baru bahwa, laki-laki tidak akan disalahkan apabila perempuan
tersebut memang sudah bertindak atau bertingkah laku keterlaluan.
Mengapa
pakaian? Mengapa perempuan? Harusnya sebelum melakukan kejahatan seksual kamu
pikirkan kembali, sebelum kamu memikirkan tentang pakaian yang kami kenakan.
Bicara tentang laki-laki yang diselalu diliputi nafsu, saya justru kurang
memercayainya, saya merasa bahwa seseorang itu akan selalu stabil, baik secara
pikiran ataupun tingkah laku keteka dia senantiasa berpikiran rasional. Saya berani mengatakan bahwa
laki-laki yang selalu memandang negative tentang
pakaian perempuan adalah laki-laki yang Sinting
karena hanya diliputi nafsu,
nafsu dan nafsu.
Acap kali terdengar mengenai pakaian perempuan itu salah harusnya
sopan, harusnya tertutup, harusnya santun. Tapi, sepertinya kata itu hanya
sekedar kata, yang katanya laki-laki itu hanya diliputi nafsu memang benar
adanya. Ada banyak juga teman-teman yang menjadi korban kejahatan seksual
ketika mereka sudah mengenakan pakaian yang tertutup. Lihat, apa yang baru saja
terjadi, berarti memang laki-laki tersebut yang berpikiran sakit.
Jangan
menyalahkan pakaiannya ketika sudah melakukan tindakan tidak senonoh, justru
pikiran kamu lah yang tidak senonoh dalam memikirkan sesuatu maupun memandang sesuatu. Berhenti menyalahkan
perempuan dengan apa yang dikenakannya, ingatlah bahwa mengekspresikan diri
melalui berpakaian merupakan hak asasi yang mendasar.
Jangan lagi masalah
pakaian yang dikenakan wanita dihubungkan dengan penyebab pelecehan seksual. Akhirilah
rekaan-rekaan yang kurang rasional tersebut, kerena apapun alasannya pakaian dan
penyebab pelecehan sama sekali tak berhubungan justru pemicu utamanya adalah
pikiran para kaum bar-bar.